Ads Header

Pages

309 Tahun Tidur Nyenyak dalam Gua Kahfi

Raja Diqyanus sangat berkuasa. Ia menguasai wilayah Romawi yang sangat luas. Diqyanus memerintah rakyatnya semaunya sendiri. Setiap tahun Raja ini mengadakan pesta upacara memuja berhala. Penduduk negeri Romawi wajib tunduk, bersama Raja memuja berhala. Hewan kurban di sembelih lalu dipuja. Dipimpin sang Raja seluruh penduduk bersujud kepada berhala. Tak seorang pun yang berani menolak perintah Raja.


Namun beberapa anak muda sangat membenci perbuatan Raja. Hati mereka meolak tingkah laku Raja yang menjerumuskan rakyatnya. Mereka muak melihat ibadah yang menyesatkan itu. Bukankah menyembah seharusnya hanya kepada Allah SWT saja? Mengapa harus menyembah patung dan dewa?.

Pada tahun berikutnya, Raja kembali mengadakan upacara yang sesat itu. Pesta menyembah berhala diadakan besar-besaran. Berduyun-duyun penduduk datang ketempat upacara. Bersama ayah mereka, anak-anak muda itu datang juga. Tiba-tiba seorang pemuda keluar dari keramaian pesta. Ia bergegas berjalan menjauh ke tempat sunyi. Ia berdiri berlindung di bawah pohon kayu. Ia sedih melihat begitu banyak orang menyembah berhala. Lalu datanglah seorang pemuda menghampiri pohon itu. Tak lama kemudian datang lagi seorang anak muda. Wajah ketiganya tampak murung, benci, dan kesal. Ketiganya berdiam diri. Mereka saling menyimpan rahasia di hati masing-masing, karena mereka memang tak saling kenal.

Akhirnya untuk mengusir suasana sunyi, seorang di antara mereka memberanikan diri membuka percakapan. "Mengapa kalian tidak ikut upacara?" tanya seorang pemuda. Kedua pemuda yang ditanya itu tidak menjawab. Mereka berpandangan. Saling menunggu kawannya berbicara. "Mengapa kalian tidak ikut bersujud bersama Raja? Mengapa keluar dari tempat upacara? Pasti kalian menyimpan rahasia di hati? Cobalah katakan padaku!".


Menjawablah seorang di antaranya. "Terus terang, aku keluar dari tempat upacara, karena tidak cocok! Aku merasa orang-orang itu berbuat syirik. Mereka berbuat bathil. Yang patut disembah adalah Allah SWT pencipta langit dan bumi." Anak muda yang lain menyahut, Aku pun begitu! Aku keluar dari gelanggang upacara karena aku merasaakan seperti yang engkau rasakan!" Anak muda yang pertama bertanya akhirnya berkata lagi, "Aku pun begitu, Aku pun begitu!" ujarnya dengan tegas.

Rupanya mereka satu perasaan. Hati mereka menolak perbuatan bathil itu. Akhirnya ketiga anak muda bersahabat. Persahabat membuat mereka menjadi teman akrab. Sebenarnya, ketika bertemu Raja mereka dibujuk untuk menyembah berhala. Mereka menolak. "Janga lekas menolak begitu. Berfikirlah dahulu." Bujuk Raja. "Tidak! Tuhan kami adalah Allah, Tuhan yang memiliki langit dan bumi. Kami tidak akan menyembah dan meminta pertolongan kecuali kepada Allah SWT," ujar mereka dengan hati teguh. "Kalua kalian tidak ikut upacara bersama kami, tanggalkanlah perhiasan dan pakaian kehormatan yang kalian pakai. Kuberi waktu kalian berfikir kembali."

Ketiga anak muda itu rupanya anak para pejabat di lungkungan Istana. Ketiga anak muda itu tetap teguh hatinya. Mereka sangat benci atas perbuatan yang menyembah berhala. Lalu Allah SWT menyurh ketiganya bersembunyi di dalam gua. Kabar hilangnya pemuda itu mnyebar ke pelosok desa. Raja Diqyanus mendengar pula lalu memerintahkan bala tentaranya mencari mereka, hingga ke hutan belantara. Pemuda itu hendak ditangkap dan dibunuh. Namun Allah SWT melindungi mereka dari kejaran tentara kerajaan.

Gua itu amat luas, namun menyeramkan. Pintu gua menghadap ke utara. Seekor anjing galak menjaga di mulut gua. Jika matahari terbit, para pemuda itu melihat matahari di sebelah kanan. Jika senja, matahari ada di kiri mereka. Udara mengalir masuk ke dalam gua dengan bebasnya. Akhirnya, mereka tertidur pulas, Allah SWT menutup telinga mereka sehingga mereka tak mendengar suara sama sekali. Mereka tidur nyenyak sekali. Tak terasa mereka terbaring dalam gua selama 309 tahun. Alangkah lamanya! Sedangkan anjing mereka masih menjulurkan kakinya, sehingga kalau ada yang mendekati gua ia akan takut melihat anjing galak di mulut gua.

Setelah tiga abad lamanya tertidur. Allah SWT membangunkan ketiga pemuda shaleh itu! Setelah terbangun ketiganya terkejut. Mereka duduk dan berpandangan. Mereka saling bertanya. "Berapa lama kita tertidur di sini?" Satu hari," jawab seorang pemuda. "Satu hari?" tanya pemuda lainnya heran. "Mungkin, tapi...sepertinya cuma setengah hari...," jawab pemuda tadi ragu-ragu.

Ketiganya makin ragu. Sebab ketika mereka masuk gua hari masih pagi. Kini hari sudah petang, tapi langit belu gelap. "Mengapa di dekat pintu gua ada pohon besar? Bukankah waktu kita masuk hanya ada rumput dan semak-semak?" tanya kawannya dengan heran. Ya ketiganya tidak sadar pohon itu berumur lebih dari 300 tahun. Hanya Allah SWT yang Maha Tahu berapa lama mereka tertidur nyenyak di dalam gua yang menyeramkan itu.

Oleh : Yudi Pramuko, Majalah Aku Anak Saleh, Edisi Seri-A 04 Th. 2000
portalpulsa, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online